Kamis, 01 Desember 2011

Memimpin Dengan Hati

                Suatu pagi, Rasululloh SAW diberi semangkuk susu oleh tetangganya. Kemudian, beliau meminta Abu Hurairah memanggil para ahlus shuffah agar datang ke rumahnya untuk menikmati semangkuk susu yang diperolehnya itu. Ahlus shuffah merupakan sekelompok orang miskin, tunawisma, dan belum mendapatkan pekerjaan. Satu per satu para ahlus shuffah dan Abu Hurairah mendapat giliran minum susu lebih awal dari Rasululloh SAW. Setelah semua minum sepuasnya, baru kemudian beliau yang terakhir mendapat giliran menikmati susu tersebut. Kisah ini diriwayatkan oleh A-Bukhari melalui penuturan Abu Hurairah.
                Bukan kali itu saja Rasululloh SAW menunjukkan kelembutan dan perhatiannya kepada rakyat miskin. Sekian banyak sabdanya mengajak kita untuk berbagi, bederma, dan melayani mereka yang membutuhkan. “Berilah makan dan ucapan salam kepada orang yang kau kenal dan belum kenal,” merupakan sabdanya ketika ditanya tentang Islam yang baik (HR. Al-Bukhari dan Muslim). Perkataan Rasululloh SAW membela kepentingan wong cilik bukanlah sekedar orasi politik meraih simpati publik. Lebih dari itu, Nabi SAW menjadikan dirinya teladan atas apa yang diucapkannya.
                Sungguh tercela orang yang mencoba meraih simpati dengan kata-kata manis, padahal dia sama sekali tak pernah melakukannya. Sifat semacam itu amat dibenci Alloh (QS As-Shaf [61]: 3). Kesungguhan membela rakyat kecil dapat dilihat pada kisah Rasululloh SAW diatas. Diantara keberhasilan Rasululloh SAW sebagai pemimpin adalah karena ketulusan hatinya. Setidaknya, ada tiga hal penting yang harus dicontoh: memiliki empati, sanggup melayani, menjadikan dirinya teladan. Inilah ciri-ciri utama dari sifat kepemimpinan dengan hati.
                Rasa empati diperlihatkan dengan cara kemampuan seorang pemimpin melihat dan merasakan kesulitan rakyat yang dipimpinnya. Dengan demikian, hatinya akan terpanggil untuk senantiasa melayani mereka yang membutuhkan pertolongan dan melakukan ber bagai upaya mengangkat mereka dari jurang keterpurukan. Seorang pemimpin yang baik akan menjadi dirinya teladan bagi siapa pun untuk melakukan hal yang sama, yaitu melayani kebutuhan rakyat. Sayyidul qaumi khadimuhum (pemimpin sejati) adalah orang yang sanggup melayani rakyatnya. Sungguh beruntung, jika bangsa ini dipimpin oleh orang-orang yang menggunakan hatinya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar