Jumat, 02 Desember 2011

Kekeliruan Dalam Berbusana Muslim

BUSANA yang disebut atau dikenal dengan “busana Muslimah” belum tentu Islami, sesuai dengan ketentuan syariat Islam. Kita boleh bergembira, bersyukur, busana Muslimah kian berkembang dan digandrungi kaum Muslimah. Wanita Muslimah makin hari kian banyak yang mengenakan jilbab.
Namun demikian, tampaknya dakwah tentang jilbab belum tuntas, masih menyisakan “medan perjuangan”. Pasalnya, banyak Muslimah belum berhijab dengan benar dan sesuai syariat. Bisa jadi dikarenakan mereka memakai jilbab hanya karena mengikuti trend, atau hanya agar terlihat islami, terlihat lebih anggun dan cantik, atau hanya ikut-ikutan. Mereka pun lebih mementingkan faktor keindahan, keanggunan, stylish, tanpa memedulikan ketentuan syar’i tentang jilbab, hijab, atau busana Muslimah.
Dewasa ini banyak model busana Muslimah menganut prinsip “yang penting menutup aurat”. Akbatnya, muncullah banyak kesalahan dalam berbusana muslimah, sebagaimana uraian berikut ini.

Tidak Menutup Aurat Secara Sempurna
Banyak busana Muslimah tidak menutup aurat secara sempurna. Terdapat celah-celah yang memperlihatkan aurat, walau hanya sedikit. Menurut jumhur ulama, aurat wanita adalah seluruh tubuh, kecuali muka dan telapak tangan.
Aurat yang sering ditampakan dalam berbusana muslimah yang salah antara lain:
Leher — Baik karena jilbab terlalu pendek atau karena jilbab yang diterpa angin, tidak boleh sampai terlihat lehernya.
Lengan — Beberapa muslimah hanya menggunakna baju berlengan panjang tanpa decker. Akibatnya, ada bagian lengan yang terlihat bila tangan digerakkan. Padahal, dari ujung bahu sampai pergelangan tangan termasuk aurat yang tidak boleh terlihat.
Rambut — Baik rambut yang terurai di depan, di belakang, atau di sekitar daerah telinga, tidak boleh terlihat.
Kaki — Berpakaian lebih tinggi dari mata kaki, sehingga terlihatlah kakinya. Padahal, kaki (semua bagian) termasuk aurat yang tidak boleh terlihat. Untuk hal ini dianjurkan memakai busana yang panjangnya melebihi mata kaki, atau mengenakan kaus kaki.




Ketat
Islam melarang muslimah berbusana ketat. Soal batasan ketat, Syeikh Al-Albani menjelaskan, busana Muslimah dikatakan ketat jika dapat menggambarkan bentuk anggota tubuhnya.
Hal ini berdasarkan hadist Usamah. Usamah bin Zaid berkata: “Rasulullah pernah memberiku baju Quthbiyah yang tebal yang merupakan baju yang dihadiahkan oleh Dihyah Al-Kalbi kepada beliau. Baju itu pun aku pakaikan pada istriku.
Nabi bertanya kepadaku : Mengapa kamu tidak mengenakan baju Quthbiyah? Aku menjawab: Aku pakaiakan baju itu pada istriku. Nabi bersabda: Perintahkan ia agar mengenakan baju dalam di balik Quthbiyah itu, karena saya khawatir baju itu masih bisa menggambarkan bentuk tulangnya” (HR. Ahmad dan Al-Baihaqi dengan sanad Hasan).
Jadi, baju ketat bukan hanya baju yang kainnya menempel dengam erat dikulit, namun termasuk juga baju yang sedikit agak longgar namun masih dapat menggambarkan siluet dan bentuk tubuh.
Seperti pada beberapa baju gamis muslimah yang banyak digunakan sekarang, yang terdapat belahan pada bagian pinggulnya sehingga bila digunakan masih bisa memperlihatkan lengkung pinggang dan pinggul atau siluet si pemakai.
Termasuk ketat juga jilbab yang terdapat karet atau ikatan dibagian lehernya yang bila digunakan dapat menggambarkan bentuk kepala, leher, dan bahu si pemakai.
Suatu kesalahan pula yang banyak dilakukan para jilbaber yang sudah berjilbab besar, yaitu memakai jaket di luar jilbabnya. Hal ini menyebabkan hilangnya fungsi jilbab yang menutupi bentuk tubuh bagian atas.
Dengan memakai jaket di bagian luar jilbab, akan memperlihatkan bentuk tubuh, bentuk sliuet, bahu, lengan, dan lengkung pinggang si pemakai. Solusinya, pakailah jaket yang super-besar dan longgar atau bila memiliki jaket yang tidak besar, pakailah di dalam jilbab (jilbab menutupi jaket).



Jilbab Terlalu Pendek
Sungguh mengherankan beberapa saudara kita muslimah, yang ia sudah menyadari wajibnya menutup aurat, namun di dalam hatinya masih ada keinginan untuk menonjolkan bagian-bagian tubuhnya agar terlihat indah di mata laki-laki. Akibatnya, mereka pun memakai jilbab sekadarnya saja, terlalu pendek.
Lebih lagi gencarnya promosi “busana Muslimah gaul” yang lengkap dengan jilbab pendek dan ketatnya. Bahkan kadang hanya sepanjang leher dan diikat-ikat di leher sehingga bagian dada (maaf) tidak tertutupi jilbab. Sungguh ini sebuah kesalahan fatal dalam berbusana Muslimah. Padahal, “Dan hendaklah mereka menutupkan jilbab ke dada mereka…” (QS. An Nur:31).
Ulama berpendapat, panjang minimal jilbab adalah sampai menutupi dada dengan sempurna. Namun ini bukan berati hanya ‘ngepas’ sepanjang itu. Karena bila diterpa angin, maka bagian dada akan tersingkap, terutama bagi akhwat-akhwat pengendara motor.
Maka, tidak ada pilihan lain bagi Muslimah kecuali mengenakan jilbab yang lebih panjang dari itu. Bahkan, sangat baik bila jilbab menjulur panjang sampai betis atau sampai kaki.
Banyak model busana Muslimah yang tidak sesuai syariat digandrungi remaja Muslimah. Sepertinya, kebanyakan mereka mencontoh para artis dan selebritas di layar kaca yang menyebut busana seperti ini sebagai busana yang Islami. Kesalahan dari model busana Muslimah demikian ditinjau dari dua sisi, yakni ketat dan termasuk tabarruj.




TABARRUJ
Tabarruj adalah perilaku wanita yang menampakkan perhiasan dan kecantikannya serta segala sesuatu yang wajib ditutup karena dapat membangkitkan syahwat laki-laki (Fathul Bayan, VII/19).
Jadi, tabarruj tidak harus memperliihatkan bagian tubuh yang termasuk aurat. Bisa jadi seorang muslimah berpakaian yang menutup aurat namun pakaiannya di buat sedemikian rupa hingga menarik dengan kombinasi warna dan pernak-pernik sehingga memancing pandangan kaum pria untuk melihatnya. “Dan janganlah kaum wanita itu menampakkan perhiasan mereka.” (QS. An-Nur: 31).
Banyak pula di antara mahasiswi Muslimah berbusana jilbab agak lebar menjulur sampai pinggang, namun memakai jaket dan jilbab mereka dimasukkan ke dalam jaket. Busana seperti ini pun belum memenuhi kriteria busana syar’i karena ketat –memperlihatkan bentuk tubuh yang termasuk aurat. Dengan dipakainya jaket, maka bentuk kepala, leher, pundak, lengan, dan dada jadi terlihat.
Kita berharap, semoga kaum muslimah kita yang dimuliakan oleh Allah, senantiasa memperbaiki diri dan menjaga kehormatan dirinya.

Sumber : Pesantren UGM

Tidak ada komentar:

Posting Komentar