Jumat, 02 Desember 2011

Madah Persahabatan

Janganlah kita memandang rendah arti persahabatan, kerana dalam hidup ini kita tidak mampu melangkah seorang diri tanpa seorang sahabat.
Orang yang suka mengkhianati teman sendiri adalah ibarat binatang yang suka memakan bangkai. Bertambah busuk bangkai bertambah pula seleranya
Teman yang banyak boleh diibaratkan seperti pasir pasir di pantai tetapi teman yang satu adalah mutiara di antara pasir pasir itu.
Teman ketawa bagaikan air di daun keladi walau tercurah tak berkesan. Tapi  sahabat sejati bagai air lalu walau dicincang ia tak mungkin kan putus.
Bersahabatlah dengan hatimu terlebih dahulu daripada bersahabat dengan orang lain.
Musuhmu adalah sahabatmu yang akrab.
Persahabatan yang begitu erat punya pengertian yang dalam bagi kita yang menghargainya
Tidaklah kita dapat mengenal oranglain melainkan dengan 3 waktu.Tidak dapat diketahui adakan seorang itu pemaaf melainkan ketika dia marah. Tidak dapat dikenal seorang itu berani melainkan pada waktu berjuang. Tidak dapat dikenal sahabat melainkan waktu kesusahan.
Dua sahabat yang sejati akan selari dalam apa jua bidang yang diceburi, dan saling memahami antara mereka.
Terlalu sukar menjalin persahabatan kerana ia adalah pertautan hati bukan pertautan fikiran, lebih-lebih lagi bukan hubungan kebendaan semata.
Persahabatan yang akrab tidak akan dapat dipisahkan melainkan dengan kematian.

Bertemanlah dengan orang yang suka membela kebenaran.
Dialah hiasan dikala kamu senang dan perisai diwaktu kamu susah.
Seorang sahabat adalah yang dapat mendengarkan lagu didalam hatimu dan akan menyanyikan kembali tatkala kau lupa akan bait-baitnya.

Sahabat adalah anugerah Tuhan untuk menjaga kita
Rasa hormat tidak selalu membawa kepada persahabatan,
tapi jangan pernah menyesal untuk bertemu dengan orang lain tetapi menyesallah jika orang itu menyesal bertemu dengan kamu.

Kamu tidak akan pernah memiliki seorang teman,
jika kamu mengharapkan seseorang tanpa kesalahan
kerana semua manusia itu baik kalau kamu dapat melihat kebaikannya dan menyenangkan kalau kamu dapat melihat keunikannya. Tetapi semua manusia itu akan buruk dan membosankan kalau kamu tidak dapat melihat keduanya.

sumber:http://cintadearhaniey.wordpress.com/2008/03/05/madah-persahabatan/

Saudariku Ukhtina, Istiqomahlah Dalam Berjilbab

"Allahumma baariklanaa di Rajab wa Sya'ban Wa Ballighna Ramadhan",Semoga Allah memberkahi kehidupan kita dibulan-bulan ini untuk berjumpa Ramadhan,Dengan segenap kesiapan ruhiyah, fikriyah,jasadiyah,maliyah dan satukan barisan raih takwa & sambut kemenangan dakwah, Intanshurullah yanshurkum wayutsabbit aqdamakum.

`*•Yaa Rabbi•*´¯)Ajarilah kami bagaimana memberi sebelum meminta,berfikir sebelum bertindak,santun dalam berbicara,tenang ketika gundah,diam ketika emosi melanda,bersabar dalam setiap ujian.Jadikanlah kami orang yg selembut Abu Bakar Ash-Shiddiq,sebijaksana Umar bin Khattab,sedermawan Utsman bin Affan,sepintar Ali bin Abi Thalib,sesederhana Bilal,setegar Khalid bin Walid radliallahu'anhumAmiin ya Rabbal'alamin.

(khususnya buat akhwat)
Ah, yang Penting kan Hatinya!

Banyak syubhat di lontarkan kepada kaum muslimah yang ingin berjilbab. Syubhat yang 'ngetrend' dan biasa kita dengar adalah

"Buat apa berjilbab kalau hati kita belum siap, belum bersih, masih suka 'ngerumpi' berbuat maksiat dan dosa-dosa lainnya, percuma dong pake jilbab! Yang penting kan hatinya!"lalu tercenunglah saudari kita ini membenarkan pendapat kawannya tadi.

Syubhat lainnya lagi adalah

"Liat tuh, kan ada hadits yang berbunyi: Sesungguhnya Allah tidak melihat pada bentuk(rupa) kalian tapi Allah melihat pada hati kalian..!. Jadi yang wajib adalah hati, menghijabi hati kalau hati kita baik maka baik pula keislaman kita walau kita tidak berkerudung!"Benarkah demikian ya ukhti,, ?? (Tidddaaaaaaakkkk....!!!!!)

Saudariku muslimah, semoga Allah merahmatimu, siapapun yang berfikiran dan berpendapat demikian maka wajiblah baginya untuk bertaubat kepada Allah Ta'ala memohon ampun atas kejahilannya dalam memahami syariat yang mulia ini. Jika agama hanya berlandaskan pada akal dan perasaan maka rusaklah agama ini. Bila agama hanya didasarkan kepada orang-orang yang hatinya baik dan suci, maka lihatlah di sekitar kita ada orang-orang yang beragama Nasrani, Hindu atau Budha dan orang kafir lainnya,

Liatlah dengan seksama ada di antara mereka yang sangat baik hatinya, lemah lembut, dermawan, bijaksana. Apakah Anda setuju untuk mengatakan mereka adalah muslim? Tentu akal Anda akan mengatakan " Tentu tidak! Karena mereka tidak mengucapkan syahadatain, mereka tidak memeluk islam, perbuatan mereka menunjukkan mereka bukan orang islam." Tentu Anda akan sependapat dengan saya bahwa kita menghukumi seseorang berdasarkan perbuatan yang nampak(zahir) dalam diri orang itu.

Lalu bagaimana pendapat Anda ketika Anda melihat seorang wanita di jalan berjalan tanpa jilbab, apakah Anda bisa menebak wanita itu muslimah ataukah tidak? Sulit untuk menduga jawabannya karena secara lahir (dzahir) ia sama dengan wanita non muslimah lainnya. Ada kaidah ushul fiqih yang mengatakan "alhukmu ala dzawahir amma al bawathin fahukmuhu ala llah' "artinya hukum itu dilandaskan atas sesuatu yang nampak adapun yang batin hukumnya adalah terserah Allah.

Rasanya tidak ada yang bisa menyangsikan kesucian hati ummahatul mukminin (istri-istri Rasulullah shalallahu alaihi wassalam) begitupula istri-istri sahabat nabi yang mulia (shahabiyaat). Mereka adalah wanita yang paling baik hatinya, paling bersih, paling suci dan mulia.




Tapi mengapa ketika ayat hijab turun agar mereka berjilbab dengan sempurna (lihatQS: 24 ayat 31 dan QS: 33 ayat 59) tak ada satupun riwayat termaktub mereka menolak perintah Allah Ta'ala. Justru yang kita dapati mereka merobek tirai mereka lalu mereka jadikan kerudung sebagai bukti ketaatan mereka. Apa yang ingin Anda katakan? Sedangkan mengenai hadits di atas, banyak diantara saudara kita yang tidak mengetahui bahwa hadits di atas ada sambungannya. Lengkapnya adalah sebagai berikut:

Dari Abu Hurairah, Abdurrahman bin Sakhr radhiyallahu anhu dia berkata, Rasulullah bersabda: "Sesungguhnya Allah tidak melihat pada bentuk tubuh-tubuh kalian dan tidak juga kepada bentuk rupa-rupa kalian, tetapi Dia melihat hati-hati kalian(HR. Muslim 2564/33).

Hadits diatas ada sambungannya yaitu pada nomor hadits 34 sebagai berikut:

"Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada bentuk rupa kalian dan juga harta kalian, tetapi Dia melihat hati dan perbuatan kalian. "(HR.Muslim 2564/34).

Semua adalah seiring dan sejalan, hati dan amal. Apabila hanya hati yang diutamakan niscaya akan hilanglah sebagian syariat yang mulia ini.

Tentu kaum muslimin tidak perlu bersusah payah menunaikan shalat 5 waktu, berpuasa dibulan Ramadhan, membayar zakat dan sedekah atau bersusah payah menghabiskan harta dan tenaga untuk menunaikan ibadah haji ketanah suci Mekah atau amal ibadah lainnya. Tentu para sahabat tidak akan berlomba-lomba dalam beramal (beribadah) cukup mengandalkan hati saja, toh mereka adalah sebaik-baik manusia di atas muka bumi ini. Akan tetapi justru sebaliknya, mereka adalah orang yang sangat giat beramal.

Lihatlah satu kisah indah diantara kisah-kisah indah lainnya.Urwah bin Zubair Radhiyallahu anhu misalnya, Ayahnya adalah Zubair bin Awwam, Ibunya adalah Asma binti Abu Bakar, Kakeknya Urwah adalah Abu Bakar Ash-Shidik, bibinya adalah Aisyah Radhiyallahu anha istri Rasulullah Shalallahu alaihi wassalam. Urwah lahir dari nasab dan keturunan yang mulia jangan ditanya tentang hatinya, ia adalah orang yang paling lembut hatinya toh masih bersusah payah giat beramal, bersedekah dan ketika shalat ia bagaikan sebatang pohon yang tegak tidak bergeming karena lamanya ia berdiri ketika shalat. Aduhai,..betapa lalainya kita ini,..banyak memanjangkan angan-angan dan harapan padahal hati kita tentu sangat jauh suci dan mulianya dibandingkan dengan generasi pendahulu kita.

Satu yang saya garis bawahi adalah “Berjilbab adalah symbol kepatuhan diri, refleksi kejernihan iman yang menggelayut di dalam hati. Bahwa setiap diri yang dititahkan di dunia ini memang hanya memiliki satu kata kunci : Mematuhi perintah ILLAHI..”

Jadi jangan takut menjadi beda,selama kita berada di jalan ALLAH,dijaman sekarang kebenaran memang tampak aneh,karena itu anak muda yang mencari jalan ALLAH pasti akan beda dengan mereka yang mencari dunia !!

Kita beda karena ALLAH membuat kita istimewa,iya istimewa :) bukankah salah satu kekasih ALLAH adalah anak muda yang taat beribadah… dan ALLAH tidak pernah dusta,yok buktikan dengan takwa,jalankan perintah-NYA dan jauhi larangan-NYA



Sumber : Sebelum Engkau Halal Bagiku

Kekeliruan Dalam Berbusana Muslim

BUSANA yang disebut atau dikenal dengan “busana Muslimah” belum tentu Islami, sesuai dengan ketentuan syariat Islam. Kita boleh bergembira, bersyukur, busana Muslimah kian berkembang dan digandrungi kaum Muslimah. Wanita Muslimah makin hari kian banyak yang mengenakan jilbab.
Namun demikian, tampaknya dakwah tentang jilbab belum tuntas, masih menyisakan “medan perjuangan”. Pasalnya, banyak Muslimah belum berhijab dengan benar dan sesuai syariat. Bisa jadi dikarenakan mereka memakai jilbab hanya karena mengikuti trend, atau hanya agar terlihat islami, terlihat lebih anggun dan cantik, atau hanya ikut-ikutan. Mereka pun lebih mementingkan faktor keindahan, keanggunan, stylish, tanpa memedulikan ketentuan syar’i tentang jilbab, hijab, atau busana Muslimah.
Dewasa ini banyak model busana Muslimah menganut prinsip “yang penting menutup aurat”. Akbatnya, muncullah banyak kesalahan dalam berbusana muslimah, sebagaimana uraian berikut ini.

Tidak Menutup Aurat Secara Sempurna
Banyak busana Muslimah tidak menutup aurat secara sempurna. Terdapat celah-celah yang memperlihatkan aurat, walau hanya sedikit. Menurut jumhur ulama, aurat wanita adalah seluruh tubuh, kecuali muka dan telapak tangan.
Aurat yang sering ditampakan dalam berbusana muslimah yang salah antara lain:
Leher — Baik karena jilbab terlalu pendek atau karena jilbab yang diterpa angin, tidak boleh sampai terlihat lehernya.
Lengan — Beberapa muslimah hanya menggunakna baju berlengan panjang tanpa decker. Akibatnya, ada bagian lengan yang terlihat bila tangan digerakkan. Padahal, dari ujung bahu sampai pergelangan tangan termasuk aurat yang tidak boleh terlihat.
Rambut — Baik rambut yang terurai di depan, di belakang, atau di sekitar daerah telinga, tidak boleh terlihat.
Kaki — Berpakaian lebih tinggi dari mata kaki, sehingga terlihatlah kakinya. Padahal, kaki (semua bagian) termasuk aurat yang tidak boleh terlihat. Untuk hal ini dianjurkan memakai busana yang panjangnya melebihi mata kaki, atau mengenakan kaus kaki.




Ketat
Islam melarang muslimah berbusana ketat. Soal batasan ketat, Syeikh Al-Albani menjelaskan, busana Muslimah dikatakan ketat jika dapat menggambarkan bentuk anggota tubuhnya.
Hal ini berdasarkan hadist Usamah. Usamah bin Zaid berkata: “Rasulullah pernah memberiku baju Quthbiyah yang tebal yang merupakan baju yang dihadiahkan oleh Dihyah Al-Kalbi kepada beliau. Baju itu pun aku pakaikan pada istriku.
Nabi bertanya kepadaku : Mengapa kamu tidak mengenakan baju Quthbiyah? Aku menjawab: Aku pakaiakan baju itu pada istriku. Nabi bersabda: Perintahkan ia agar mengenakan baju dalam di balik Quthbiyah itu, karena saya khawatir baju itu masih bisa menggambarkan bentuk tulangnya” (HR. Ahmad dan Al-Baihaqi dengan sanad Hasan).
Jadi, baju ketat bukan hanya baju yang kainnya menempel dengam erat dikulit, namun termasuk juga baju yang sedikit agak longgar namun masih dapat menggambarkan siluet dan bentuk tubuh.
Seperti pada beberapa baju gamis muslimah yang banyak digunakan sekarang, yang terdapat belahan pada bagian pinggulnya sehingga bila digunakan masih bisa memperlihatkan lengkung pinggang dan pinggul atau siluet si pemakai.
Termasuk ketat juga jilbab yang terdapat karet atau ikatan dibagian lehernya yang bila digunakan dapat menggambarkan bentuk kepala, leher, dan bahu si pemakai.
Suatu kesalahan pula yang banyak dilakukan para jilbaber yang sudah berjilbab besar, yaitu memakai jaket di luar jilbabnya. Hal ini menyebabkan hilangnya fungsi jilbab yang menutupi bentuk tubuh bagian atas.
Dengan memakai jaket di bagian luar jilbab, akan memperlihatkan bentuk tubuh, bentuk sliuet, bahu, lengan, dan lengkung pinggang si pemakai. Solusinya, pakailah jaket yang super-besar dan longgar atau bila memiliki jaket yang tidak besar, pakailah di dalam jilbab (jilbab menutupi jaket).



Jilbab Terlalu Pendek
Sungguh mengherankan beberapa saudara kita muslimah, yang ia sudah menyadari wajibnya menutup aurat, namun di dalam hatinya masih ada keinginan untuk menonjolkan bagian-bagian tubuhnya agar terlihat indah di mata laki-laki. Akibatnya, mereka pun memakai jilbab sekadarnya saja, terlalu pendek.
Lebih lagi gencarnya promosi “busana Muslimah gaul” yang lengkap dengan jilbab pendek dan ketatnya. Bahkan kadang hanya sepanjang leher dan diikat-ikat di leher sehingga bagian dada (maaf) tidak tertutupi jilbab. Sungguh ini sebuah kesalahan fatal dalam berbusana Muslimah. Padahal, “Dan hendaklah mereka menutupkan jilbab ke dada mereka…” (QS. An Nur:31).
Ulama berpendapat, panjang minimal jilbab adalah sampai menutupi dada dengan sempurna. Namun ini bukan berati hanya ‘ngepas’ sepanjang itu. Karena bila diterpa angin, maka bagian dada akan tersingkap, terutama bagi akhwat-akhwat pengendara motor.
Maka, tidak ada pilihan lain bagi Muslimah kecuali mengenakan jilbab yang lebih panjang dari itu. Bahkan, sangat baik bila jilbab menjulur panjang sampai betis atau sampai kaki.
Banyak model busana Muslimah yang tidak sesuai syariat digandrungi remaja Muslimah. Sepertinya, kebanyakan mereka mencontoh para artis dan selebritas di layar kaca yang menyebut busana seperti ini sebagai busana yang Islami. Kesalahan dari model busana Muslimah demikian ditinjau dari dua sisi, yakni ketat dan termasuk tabarruj.




TABARRUJ
Tabarruj adalah perilaku wanita yang menampakkan perhiasan dan kecantikannya serta segala sesuatu yang wajib ditutup karena dapat membangkitkan syahwat laki-laki (Fathul Bayan, VII/19).
Jadi, tabarruj tidak harus memperliihatkan bagian tubuh yang termasuk aurat. Bisa jadi seorang muslimah berpakaian yang menutup aurat namun pakaiannya di buat sedemikian rupa hingga menarik dengan kombinasi warna dan pernak-pernik sehingga memancing pandangan kaum pria untuk melihatnya. “Dan janganlah kaum wanita itu menampakkan perhiasan mereka.” (QS. An-Nur: 31).
Banyak pula di antara mahasiswi Muslimah berbusana jilbab agak lebar menjulur sampai pinggang, namun memakai jaket dan jilbab mereka dimasukkan ke dalam jaket. Busana seperti ini pun belum memenuhi kriteria busana syar’i karena ketat –memperlihatkan bentuk tubuh yang termasuk aurat. Dengan dipakainya jaket, maka bentuk kepala, leher, pundak, lengan, dan dada jadi terlihat.
Kita berharap, semoga kaum muslimah kita yang dimuliakan oleh Allah, senantiasa memperbaiki diri dan menjaga kehormatan dirinya.

Sumber : Pesantren UGM

Silaturahim Dimata Remaja

Bulan Dzulhijjah sudah sampai pada minggu terakhir, tapi beberapa acara hajatan masih terus bergulir. Setidaknya, masih ada tiga undangan yang mengharapkan saya dan keluarga untuk hadir. Ketiganya adalah undangan pernikahan. Alhamdulillah, semoga mereka yang telah melangsungkan pernikahan, Allah jadikan keluarga yang sakinah, mawadah, warohmah. Juga bagi mereka yang hendak melangsungkan pernikahan, semoga Allah memudahkan semua perkara dan melancarkan semua urusan. Dan bagi yang belum bertemu dengan jodohnya, segera Allah pertemukan dengan jodoh yang akan mendatangkan ketentraman, kebahagiaan dan keselamatan Dunia hingga Akhirat. Amin.
Teringat waktu masih kecil, sering saya diajak orang tua untuk ikut ke tempat saudara yang sedang mengadakan hajatan. Tentu saja saya sangat senang. Pikiran saya waktu itu memang tak bisa lepas dari berbagai jenis makanan dan minuman yang bakal dihidangkan. Tapi ada hal lain yang orang tua saya tanamkan dan sekarang saya pahami, yaitu silaturrahim.
Yang saya tahu, setiap ada keluarga yang mengadakan pesta hajatan, di situ hadir pula Pak Dhe, Bu Dhe, Pak Lik, Bu Lik dan puluhan saudara sepupu yang rata-rata jarang bertemu, bahkan saat lebaranpun belum tentu. Bila jaraknya cukup jauh, terkadang kami menginap di rumah yang sedang mengadakan hajatan. Tak banyak yang bisa saya lakukan untuk membantu tuan rumah, tapi saya senang bertemu, berkumpul dan bermain dengan saudara sepupu yang beberapa diantaranya baru pertama kali bertemu. Tanpa disadari, berawal dari sebuah hajatan akhirnya saya tahu bahwa si A, si B dan yang lainnya ternyata adalah saudara.
Tapi lain dulu lain sekarang. Mengajak anak —terutama yang sudah memasuki usia remaja— untuk menghadiri undangan teman atau saudara tidak semudah seperti mengajak ia jalan-jalan ke tempat rekreasi ataupun pusat perbelanjaan. Banyak alasan yang mereka berikan. Malu, tidak ada waktu, bentrok dengan kegiatan sekolah dan alasan-alasan lain yang mereka ada-adakan.
“Tidak bisa, Bunda. Nanti sore ada kegiatan di sekolah,” Fulan memberikan alasan.
“Cuma sebentar kok, sebelum Dzuhur insya Allah kita sudah di rumah. Jangan khawatir kamu tidak bisa ikut kegiatan di sekolah,” Bunda meyakinkan.
“Malas ah, Bunda. Capek!” Fulan berganti alasan.
“Tolong, temenin Bunda. Hari ini Ayah ada tugas dari kantor, jadi nda bisa datang ke undangan,” Bunda memohon.
“Bunda sendirian aja, deh. Aku kan malu. Masak sudah gede begini masih ikut kondangan, memangnya anak kecil?” untuk kedua kalinya Fulan berganti alasan.
“Lho, siapa bilang yang boleh ikut kondangan hanya anak kecil?” Bunda belum menyerah.
“Nggak ah, Bunda! Kalau aku ikut, mau ngapain di sana? Itu kan kepentingan Ayah sama Bunda!” keluarlah alasan yang sesungguhnya.
Astaghfirulloh! Ketahuilah anakku, Bunda mengajak kamu ke kondangan bukan semata agar Bunda ada yang nemenin. Kita ke sana sekaligus silaturrahim. Bunda ingin kamu kenal dengan saudara-saudara yang lain. Banyak saudara yang datang dari kampung. Mereka jauh-jauh datang juga bukan sekedar untuk kondangan, tapi untuk bersilaturrahim dengan kerabat lain yang lama tidak saling bertemu, bahkan saat lebaranpun belum tentu.”
Kali ini Fulan tidak menjawab.
“Kalau kamu bilang ini hanya kepentingan Ayah dan Bunda, jelas kamu salah. Kondangan bukan sekedar datang, makan terus pulang. Mereka mengundang, lalu kita datang bukan sekedar memberikan sumbangan. Silaturrahim lah kepentingan yang sesungguhnya.”
Dan meski sudah panjang lebar dijelaskan, tidak selalu sang anak berubah pikiran. Kalaupun mau, terkadang hanya mengantar sampai di depan gang, tidak sampai di tempat di mana pesta diadakan, silaturrahim dengan kerabat bisa dilakukan.
Begitulah, kenyataan yang ada pada remaja-remaja jaman sekarang. Tidak semua tapi benar-benar ada. Sulit mengajak mereka untuk ikut hadir dalam sebuah acara yang diadakan salah satu anggota keluarga. Terlalu sempit mereka mengartikan undangan. Dimana-mana sama-sama.Tak lebih dari sebuah rutinitas. Dimulai dari datang, salaman, makan, salaman lagi sambil memberikan sejumlah uang, lalu pulang. Tak ubahnya seperti kita makan di sebuah restoran.
Hal yang sama juga terjadi ketika mereka diajak untuk ikut arisan keluarga. Berbagai alasan mereka buat, mereka cari. Di mata mereka jauh lebih menarik jalan-jalan dengan teman-teman daripada bersama keluarga. Arisan hanyalah kegiatan orang-orang tua, itu pendapat mereka. Hampir tak terlihat bahwa ada hal penting yang bisa dilakukan selain masalah uang, yaitu silaturrahim.
Ketika dijelaskan tentang silaturrahim, mereka punya jawaban sendiri. Pertemuan mereka dengan teman-teman pun termasuk silaturrahim. Dan kalau sudah begini, orang tua seringkali jadi terdiam, mengelus dada. Silaturrahim dalam pengertian mereka seringkali berbeda. Silaturrahim berdasarkan usia dan kepentingan saja. Ketika mereka sumuran dan memiliki kepentingan yang sama, dengan senang hati mereka melakukannya. Tapi tidak ketika mereka diajak bertemu dan berkumpul dengan sanak saudara yang tentu saja beragam usia dan kepentingannya, mereka berusaha untuk menghindar, menolak dengan berbagai alasan.
Saya sendiri mengalami hal ini. Tidak selalu mudah mengajak putri saya untuk ikut kondangan ataupun arisan. Hampir sama dengan alasan kebanyakan anak lainnya. Tapi saya tidak mau selalu kalah. Berbagai pendekatan saya lakukan, meskipun hasil memuaskan tak selalu saya dapatkan.
“Kamu ingin berbakti kepada almarhumah Ummi?” Dia mengangguk.
“Beristighfarlah untuknya. Doakan semoga Allah mengampuni segala dosa dan khilafnya, menerima amal baiknya. Dengan demikian, semoga almarhumah dijadikan ahli Surga Nya.”
“Sudah. Selalu setiap selesai sholat.”
“Sudahkah kamu menyambung silaturrahim dengan sahabat dan keluarga Ummi?"
Ia terdiam. Ragu, mau mengangguk atau menggeleng.
“Rosululloh saw pernah bersabda, ‘Di antara bakti seseorang yang paling baik kepada orang tuanya adalah menyambung tali silaturrahim dengan keluarga maupun teman orang tuanya setelah orang tuanya meninggal.’ (HR. Muslim) Jagalah silaturrahim dengan sahabat dan kerabat. Juga kelak bila aku sudah tiada, jangan pernah putuskan silaturrahim dengan mereka. Itu salah satu bukti baktimu pada kami.”
Dan seperti yang saya katakan, tidak selamanya usaha ini membawa hasil sesuai harapan. Tapi setidaknya satu pesan penting telah saya sampaikan, bahkan berulang-ulang. Dengan demikian, diharapkan kesadaran dan pemahaman akan ia dapatkan bahwa silaturrahim itu sangat penting bahkan rosul menyebutnya sebagai salah satu bakti kepada orang tua yang sudah meninggal dunia.


Wahai adik-adik remaja dan juga saudaraku semua, jangan lagi bertanya apa kepentinganmu mendatangi undangan, arisan ataupun pertemuan dengan sanak saudara, karena menjaga silaturrahim lah kepentingan yang sesungguhnya.

Sumber : Era Muslim
Oleh : Abi Sabila

Pacaran Lagi

Tak ada sesuatu yang Allah larang kecuali banyak mudharat yang terkandung di dalamnya. Salah satunya yaitu pacaran.
Seorang kawan pernah bercerita. Ia menceritakan bagaimana jauhnya perbedaan perilaku Abangnya tatkala mengenal yang namanya pacaran.
Sebut saja namanya Lana, ia memiliki Abang yang bernama Raka. Perbedaan usia keduanya hanya dua tahun, hal tersebut membuat hubungan kakak beradik tersebut cukup dekat. Karena dua Abang mereka sudah menikah dan bertempat tinggal yang lumayan jauh.
Di rumah, Lana dan Raka adalah teman juga lawan. Kadangkala mereka akur, kadang pula mereka bertengkar. Tapi semua itu hanya romantika persaudaraan yang indah. Yang tak pernah Lana lupakan hingga kini ialah ketika abangnya mengajak Lana ke pameran buku yang sering di adakan di kawasan Senayan. Saat itu Lana masih kelas satu SMA dan Abangnya kelas tiga SMA. Meskipun kala itu Lana menganggap kejadian itu biasa saja dan terkesan tanpa makna, namun kini Lana sangat merindukan hal itu.
Kini, Raka telah bekerja juga Lana. Bukan pekerjaan yang menjauhkan mereka dan membuat Lana merasa kehilangan sosok seorang Abang di rumah, tapi semenjak Raka memulai hubungan pacaran, sikapnya jauh berbeda.
Hubungan Raka dengan pacarnya yang belum lama bisa membuat waktunya habis terbuang selain oleh pekerjaannya. Rumah seakan tempat singgah untuk Raka, hanya sekedar untuk makan dan tidur. Ibunya yang seorang Ibu Rumah Tangga banyak menghabiskan waktunya di Rumah, tapi hal itu tak membuatnya betah berlama-lama duduk bercerita dengan Ibunya. Ibu yang melahirkannya, telah tergeser perannya oleh seseorang yang hanya bergelar pacar.
Bagi Lana, kini ia hanya seorang anak tunggal di Rumah. Tak ada lagi cerita antara Kakak Adik yang bercanda atau bertengkar. Sungguh, Lana sangat merindukan ketika ia dan Abangnya pergi ke pameran buku, memilih buku-buku yang diminati. Abangnya yang dulu setia mengantarnya kemanapun ia pergi. Menjaga Lana dan melindunginya. Abangnya sekarang bagai orang asing.
Lana yang sangat merasa perubahan tersebut menyimpan rasa benci dalam hatinya. Bukan benci terhadapnya Abangnya, tetapi oleh jalur pacaran yang dipilihnya. Oleh orang-orang yang menjadi pelopor terjadinya pacaran. Sehingga menyebabkan hubungan saudara menjadi tak berarti oleh hubungan tak jelas yang berdalih untuk pengenalan pribadi.


Mungkin cerita Lana di atas hanya satu dari sekian kisah yang dirasakan oleh seorang Adik yang merasa kehilangan kehadiran seorang saudara. Wujudnya hanya hadir tapi tanpa ada sentuhan hati.
Seorang Lana yang memang faham akan buruknya hubungan dalam pacaran, namun tak mampu lagi untuk mempengaruhi Raka. Betapa bencinya Lana kini dengan pacaran dan ia tak mampu untuk berbuat banyak untuk menyampaikan bahwa pacaran itu bertentangan dengan syariat islam. Bahwa dalam pacaran banyak terkumpul bermacam zina. Bahwa pacaran hanya bersifat egoisme semata.
Jika ada seseorang yang sangat baik pada pasangannya, itu belum menggambarkan sifat aslinya. Bisa jadi itu hanya topeng untuk menarik simpati pasangannya.
Bahwa pacaran hanya egoisme dua orang lawan jenis yang mengumbar maksiat di hadapan umum, di hadapan keluarga.
Andai saja, Raka-Raka lain membuka mata hatinya lebar-lebar, ada seorang Adik yang kehilangan sosok seorang Abang. Ada seonggok benci yang hadir tatkala ada seseorang yang tiba-tiba merebut perhatiannya, oleh sesuatu yang melanggar syariat.
Andai saja, Raka-Raka lain membuka mata hatinya lebar-lebar, ada seorang ibu yang merindukan kehadiran seorang anak sebagai penyejuk hatinya. Bukan lebih puas menghabiskan waktunya dengan pasangannya.
Andai saja, Raka-Raka lain membuka mata hatinya lebar-lebar, ada banyak generasi di bawahnya yang akan meniru perbuatannya hingga membuat hati orang lain terluka tanpa sadar. Akan ada tradisi dosa turun temurun. Akan ada penghalalan suatu bentuk keharaman akibat kebiasaan yang tak lagi dianggap asing.
Karena pacaran itu haram, apapun bentuknya, apapun namanya. Karena hanya ada pernikahan yang menjadi solusi yang Allah siapkan untuk para hambaNya untuk mencurahkan segala kebutuhan lahir dan bathin manusia pada lawan jenisnya.
Allahua’lam.

Sumber : Era Muslim
Oleh : Kiptiah

Semangat Dan Hikmah Di Balik Senyuman

Langkahku kian cepat
Terdorong hembusan nan kuat
Angin kencang awali musim semi
Kikis sang bongkahan putih


Tak terasa tiga bulan telah kulalui di tanah Krakow, tempat Paus Paulus II lahir dan menghabiskan masa kecil. Pertama kali kami tiba, appartement yang disediakan kantor di Grodzka, sangat dekat dengan 'ruang kenangan' masa kecil Paus paulus II itu. Ramai wisatawan lokal dan asing, juga para rohaniawan gereja yang berkunjung kesana. Karena wilayah ini adalah sentral buat turis, tidak ada yang memandang terlalu aneh dengan kain hijab yang kukenakan.Baguslah, pikirku, tidak enak menjadi bahan perhatian orang tentunya.
Namun itu tidak berlangsung lama, apalagi sejak kami harus pindah ke appartement di pinggir kota, harus membaur dengan warga lokal.
 Nyatanya, wajah asiaku tetap kentara walaupun mereka tidak melihat warna rambutku. Dan mulailah tatap keanehan makin menjadi kalau aku keluar rumah, mungkin mereka bingung, musim dingin hampir berakhir, kenapa kepalaku selalu tertutup rapat—serapat pakaianku, tidak ber-jeans seperti mereka, tidak mengetatkan belahan di dada seperti mereka.Akhirnya yang tadinya aku berjalan tegap dan bersemangat, perlahan mulai sering menunduk, akibat rasa malas saat dipandang aneh seperti itu.
Sungguh kangen dengan saudari-saudariku yang bersama-sama duduk dalam majelis ilmu, saling mengingatkan dan memacu semangat untuk maju. Sungguh rindu akan kebersamaan itu…
Oh Robbi, namun bukanlah muslimah sejati kalau aku tidak mensyukuri nikmatMU, bukanlah muslimah sejati jika aku tidak dapat mengambil hikmah, bukan muslimah sejati jika aku tidak paham akan skenarioMU yang paling indah.
Teringat pada surat CintaNYA, "wa qaala innanii minal muslimiin".
 Dia sedang menambah ujian padaku apakah tetap "sami’na wa atho’na" 
Bahwasanya aku bukan anak manja Ayah-Ibuku lagi, bukan sosok yang melulu minta dipeluk ibu dan kakak-kakakku…
bahwasanya aku adalah seorang Istri yang harus men-support Suami dimanapun dan kapanpun, dan harus selalu istiqomah dan bangga sebagai muslim dimanapun berada, kapanpun…
Seraya menjemur pakaian, kukenang peristiwa sebulan yang lalu. Kala aku pergi belanja dengan bad-mood akibat badai salju yang menerpa. Saat itu, suhu masih sangat extrim, beku semua masakanku, telur, susu dan jus juga membeku, minus dua puluh dua derajat celcius! Hidung dan pipiku bagaikan apel merah, juga pipi bayiku dan abangnya.Jika telinga tak ditutupi topi tebal, teling pun akan sangat merah, suhu dingin menusuk tulang.
Saat itu, kuusahakan bertahan jalan sekuat tenaga demi harus berbelanja bahan makanan. Kupikir, yakinlah, bahwa ujian para ummahatul mukminin zaman dulu jauh lebih berat dari ini, ujian para wanita sholihat di Palestina pun jauh lebih berat dari ini.Alhamdulillah respon otakku menghancurkan bad-mood itu, memasuki pusat perbelanjaan.
Aku tersenyum, ramah pada siapapun, walaupun banyak pengunjung yang membawa anjing (hewan yang tidak kusukai) berjalan-jalan di mall itu. Aku langsung memasuki wilayah tempat sayur-mayur dijual, bersama bayiku. Sedangkan Suami dan Si Abang menuju toko Boots, Abang perlu membeli sepatu boot, sepatunya yang lama kurang melindungi kaki di tengah salju.

Saat akan membeli makanan di tempat makanan beku, seseorang pelayan mencolekku, sambil berbisik “treść wieprzowych” (ada kadar babi di dalamnya). Segera kuurungkan membeli makanan itu. Ternyata di negara yang umat Muslimnya hanya nol koma sekian persen, ada juga orang yang tahu kalau daging babi haram bagi kita umat Muslim.
Pelayan itu mungkin berasal dari Gdanzk, tempat yang umat Muslimnya lumayan banyak, jadi dia pernah lihat orang berjilbab sepertiku, itu pemahaman bahasa Polandku yang masih belepotan saat bercakap dengannya.
Alhamdulillah, dengan menunjukkan identitas Muslimah, aku dan keluarga terhindar dari makanan haram. Terima kasih Ya Allah…
Setelah membeli sayur dan buah-buahan, jus, susu UHT serta biskuit bayi, dll (kecuali daging dan ayam, sebab di sini tidak ada daging Halal), segera kutelepon Suami untuk berjumpa di sudut mall.
Kutatap bayiku yang mulai menunjukkan keresahan karena ingin nenen, masih ASI pastinya! Waduh, tidak ada ruang menyusui nih. Sedikit panik, Aku menuju ke WC. Antrian panjang banget, bagaikan antrian formulir UMPTN zaman dulu. Wah, gimana nih, bayiku mulai menangis, nampaknya haus sekali. Terpaksa kubuka dada dengan ancang-ancang mau menyusui di ruang WC wanita, yang antriannya panjang itu. Kututupi dengan jilbab saat sang pangeran kecilku sudah mengecup asyik, mulai mendapatkan Haknya.
Eits, tiba-tiba penjaga WC (wanita) menghampiriku, dan bicara bahasa Poland, bla bla bla… aku bilang aja jawaban andalanku, “Nie rozomiem, I cannot understand popolski, sorry…”(tidak mengerti maksudnya) tapi aku pasang senyuman manis walau rada panik, takut bayiku terganggu.
Wanita itu membalas senyum lalu menggandeng tanganku, kuikuti dia sambil tetap menyusui, ternyata dia mengajakku ke WC khusus buat orang yang perlu bantuan (yang berkursi roda, sakit, dsb) biasanya WC khusus itu terkunci, dia bukakan dan mempersilakan aku masuk. Alhamdulillah rezeki. Dzenky, kataku. Setengah jam lumayan puas, bayiku bersendawa, lalu kami keluar WC, alhamdulillah. Ruang privasi untuk menyusui hari itu adalah rezeki yang sangat bernilai tinggi bagiku. Oh Allah, Engkau memang Maha Kasih dan selalu menjaga kami…
Kubaca SMS yang masuk melalui Iphoneku, Sholat dhuhamu nggak tinggalkan nak? Oh, Ibuku tersayang mengingatkanku, beliau pernah bilang bahwa dengan membiasakan diri sholat Dhuha dan Dzikrullah saat menyelesaikan aktivitas rumah tangga, Allah SWT akan memperluas rezekimu, rezeki atas persahabatan, banyak ilmu dan wawasan, insyaAllah.
Dua bulan di Krakow, satu pun belum pernah aku jumpai Muslimah. Suamiku sudah bertemu Muslim lain, sekitar 10- 15 orang saat sholat Jumat, tapi rata-rata mereka adalah pelajar, jadi masih single, belum berjumpa dengan brothers yang membawa keluarga kesini, agar Istrinya bisa menjadi sohibku.
Sambil membalas SMS, Aku mencari tempat duduk—tempat suamiku menunggu. Lalu saat kami telah bertemu, kuceritakan sekilas kejadian indah tadi, lalu kami memasang perlengkapan Anak-anak kembali, mantel, sarung tangan tebal, selanjutnya berjalan menuju pintu keluar pertokoan. Aku berusaha tetap tersenyum tatkala ada anjing berkepang dua berlari ke arahku.
Dalam hati, "Idiiih majikannya menyebalkan, aku kan ngeri sama tuh anjing, waduh!"Untungnya Si Majikannya cepat berbalik arah, lega deh saat Si Kepang Dua itu ikut berbalik arah.
 Trap trap trap… kami berjalan cepat, beriringan.
Tiba-tiba seorang wanita menyapa, 
“Assalamalaykom yaa ukhtayya…”, sambil menatapku mesra.
“Waalaykumussalam warohmatullahi wabarokatuuh…” 
spontan jawabku, lama tak mendengar salam itu dari mulut orang lain selain kami sekeluarga.

“You are Mooslemah, right?” to the point dia.
 “Yes, exactly! And you sister?”seterusnya mengalir percakapan kami.
Kami berkenalan, berpelukan bagaikan telah bersahabat sejak lama, dia bernama Umm Al-Hakam, hanya 5 menit kami bercakap sambil berdiri. Anakku sudah sangat lelah, sehingga undangan “nge-teh bareng”-nya harus kutolak. Lima menit bercakap, tapi menciptakan sejuta pelangi di hatiku, penghibur jiwa sepiku.
Umm Hakam adalah wanita Syria yang sudah 20 tahun menetap di kota Rabka, 2 jam perjalanan dari tempatku. Beliau memberikan pujian yang mendalam dengan tulus atas jilbab yang kukenakan, sementara bertahun-tahun jarang sekali ia melihat Muslimah muncul di tanah Krakow ini.
“Sister, you are very beautiful, like an angel…Believe me. I am proud of you, sister…”Ah pasti pipiku merah.
 Umm Al Hakam adalah seorang dokter yang masih melanjutkan kuliah, namun dia berkata, “But everyday I am at home, Because I have children. My husband ask me to always stand by at home, hahaha.”
Subhanallah! Maha Suci Allah yang telah mempertemukanku dengan saudari yang cerdas ini, yang hanya beberapa menit berjumpa—namun kata-kata motivasinya sungguh menggetarkan jiwa. Beliau lancar bahasa Arab (bahasa aslinya), Inggris, Jerman, Poland, dan beberapa bahasa lain.
Perjumpaan yang telah diaturNya, apalagi saat kutau alasan Umm Hakam menyapaku, karena senyuman. Beliau bilang, kalau kamu tidak senyum, aku takut dan ragu menyapamu, karena rata-rata “Nuns” disini berpakaian seperti Muslimah, tapi mimik muka jarang tersenyum.Subhanallah… senyum itu membawa hikmah besar ternyata…
Lima menit percakapan kami, banyak hal urgent yang kudapatkan, wawasan dan ilmu dalam kalimat Umm Al Hakam.
Aku jadi teringat SMS sahabatku, “Ri sayang… Persahabatan/ukhuwah sejati adalah hal terindah setelah kita menjadi seorang Muslim/ah”.
Saudara-saudariku, hari ini kita merugi jika wajah cemberut berlama-lama, kusut masai."Tabassumuka fii wajhi akhiika shadaqatun (Senyummu untuk saudaramu adalah shadaqah)" (HR. Bukhari)
Sambutlah harimu dengan senyuman, menegur diriku sendiri, bukankah Allah SWT telah melimpahkan segala nikmat kepadaku, termasuk kenikmatan memijakkan kaki ke sudut bumi krakow ini? Ya Allah, Ampuni hamba, Ya Robb…sekarang hamba makin yakin bahwa keberadaanku disini pasti ada hikmah, diawali dengan persaudaraan bersama Umm Al Hakam yang hingga kini makin rajin meneleponku walau kadang hanya menanyakan kabar, tidak pantas aku menunduk malu hanya gara-gara tidak mau dipandang 'aneh', seharusnya aku tetap istiqomah dan bangga sebagai muslimah, sebab Allah SWT pasti melimpahkan Penjagaan terbaikNYA sepanjang waktu, kunantikan selalu didikanMu dalam jalani hidup ini, masih panjang skenarioMu.
Segumpal awan berarak rapi
Mempercantik langitMu nan biru
Dalam sujud dan obrolan pada ILahi
Kutitipkan jeritan nurani
Salam rindu untukmu Saudaraku...
Senyummu bahasa kalbu

Sumber : Era Muslim

Wasiat Untuk Pemuda Muslim

Disarikan dan diterjemahkan dari buletin berjudul 74 Washiyyah li Asy-Syabab terbitan Daarul Qashim, Riyadh - Kerajaan Arab Saudi, Wasiat ini saya rasa sangat bermanfaat untuk kita (pemuda muslim) renungkan Mari kita kaji satu per satu, melihat kedalam pribadi kita masing, dan meberikan kabar baik ini kepada rekan sahabat lainnya.Berikut ini adalah wasiyat Islami yang berharga dalam berbagai aspek - seperti ibadah, muamalah, akhlaq, adab dan yang lainnya dari sendi-sendi kehidupan. Kami persembahkan wasiyat ini sebagai peringatan kepada pada para pemuda muslim yang senantiasa bersemangat mencari apa yang bermanfaatbaginya, dan sesungguhnya peringatan itu bermanfaat bagi orang-orang yang beriman. Kami memohon kepada Allah SWT agar menjadikan hal ini bermanfaat bagi orang yang membacanya ataupun mendengarkannya serta memberikan pahala yang besar bagi penyusunnya, penulisnya, yang menyebarkannya ataupun yangmengamalkannya. Cukuplah bagi kita Allah sebaik-baik tempat bergantung.
Ikhlaskanlah niat kepada Allah dan hati-hatilah dari riya', baik dalam perkataan ataupun perbuatan.
Ikutilah sunnah Nabi dalam semua perkataan, perbuatan, dan akhlaq.
Bertaqwalah kepada Allah dan ber-azam-lah untuk melaksanakan semua perintah dan menjauhi larangan-Nya.
Bertaubatlah kepada Allah dengan taubatan nashuha dan perbanyaklah istighfar.
Ingatlah bahwa Allah senantiasa mengawasi gerak-gerikmu. Dan ketahuilah bahwa Allah melihatmu, mendengarmu, dan mengetahui apa yang terbesit di hatimu.
Berimanlah kepada Allah, malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari akhir serta qadar yang baik ataupun yang buruk.



Janganlah engkau taqlid (mengekor) kepada orang lain dengan buta (tanpa memilih dan memilah mana baik dan mana yang buruk serta mana yang sesuai dengan sunnah / syari'at dan mana yang tidak). Dan janganlah engkau termasuk orang-orang yang tidak punya pendirian.
Jadilah engkau sebagai orang pertama dalam mengamalkan kebaikan karena engkau akan mendapatkan pahalanya dan pahala orang yang mengikuti / mencontohmu dalam mengamalkannya.
Peganglah kitab Riyadhush Shalihin, bacalah olehmu dan bacakan pula kepada keluargamu [/orang lain] (demikian juga kitab Zaadul Ma'ad oleh Ibnul Qoyyim).
Jagalah selalu wudhumu dan perbaharuilah. Dan jadilah engkau senantiasa dalam keadaan suci dari hadats dan najis.
Jagalah selalu shalat di awal waktu dan berjamaah di masijid, terlebih lagi shalat "Isya dan Fajr (Shubuh).
Janganlah memakan makanan yang mempunyai bau yang tidak enak/sedap, seperti bawang putih dan bawang merah [termasuk juga petai dan jengkol]. Dan janganlah merokok agar tidak membahayakan dirimu dan kaum muslimin lainnya.
Jagalah selalu shalat berjamaah agar engkau mendapat kemenangan dengan pahala yang ada pada shalat berjamaah tersebut.
Tunaikanlah zakat yang telah diwajibkan dan janganlah engkau bakhil kepada orang-orang yang berhak menerimanya.
Bersegeralah berangkat untuk shalat Jum'at dan janganlah berlambat-lambat sampai setelah adzan kedua karena engkau akan berdosa.
Puasalah di bulan Ramadhan dengan penuh keimanan dan mengharap pahala dari Allah agar Allah mengampuni dosa-dosamu, baik yang telah lalu maupun yang akan datang. [Lengkapilah pula dengan puasa-puasa sunnah yang telah dituntunkan oleh Rasulullah saw].
Hati-hatilah dari berbuka di siang hari di bulan Ramadhan tanpa udzur syar'i sebab engkau akan berdosa karenanya.
Tegakkanlah shalat malam di bulan Ramadhan (shalat tarawih) dengan penuh keimanan dan mengharap pahala dari Allah agar engkau mendapatkan ampunan atas dosa-dosamu yanng telah lalu. [Pertahankan pada bulan-bulan berikutnya].
Bersegeralah untuk haji dan umrah ke Baitullah Al-Haram jika engkau termasuk orang yang mampu dan janganlah menunda-nunda.
Bacalah Al-Qur'an dengan mentadabburi maknanya. Laksanakanlah perintahnyadan jauhi larangannya agar Al-Qur'an itu menjadi hujjah bagimu di sisi Rabbmudan menjadi penolongmu di Hari Qiyamat.
Senantiasalah memperbanyak dzikir kepada Allah, baik dalam keadaan berdiri,duduk, ataupun berdiri. Dan hati-hatilah engkau dari kelalaian.
Hadirilah majelis-majelis dzikir, karena majelis dzikir termasuk taman syurga.
Tundukkan pandanganmu dari aurat dan hal-hal yang diharamkan. Hati-hatilah engkau dari mengumbar pandangan, karena pandangan itu merupakan anak panah beracun dari anak panah Iblis.
Janganlah engkau panjangkan pakaianmu melebihi mata kaki (untuk kaum lakilaki)dan janganlah engkau berjalan dengan kesombongan/keangkuhan.
Janganlah engkau memakai pakaian sutra dan emas, karena keduanya diharamkan untuk laki-laki.
Janganlah engkau menyerupai wanita dan janganlah engkau biarkan wanitawanitamenyerupai laki-laki.
Biarkanlah jenggotmu, karena Rasulullah bersabda, "Cukurlah kumis danpanjangkan jenggot" (HR. Bukhari dan Muslim).
Janganlah engkau makan, minum [dan berpakaian] kecuali yang halal agardo'amu di-ijabah.
Ucapkanlah basmallah ketika engkau hendak makan/minum dan ucapkanlahhamdallah apabila engkau telah selesai.
Makanlah, minumlah, ambillah dan berilah dengan tangan kanan.
Hati-hatilah dari berbuat kezhaliman karena kezhaliman itu merupakan kegelapandi Hari Qiyamat.
Janganlah engkau bergaul kecuali dengan orang mukmin dan janganlah diamemakan makananmu kecuali engkau dalam keadaan bertaqwa (dengan ridhadan menyuguhkan makanan yang halal untuknya).
Hati-hatilah dari suap-menyuap (kolusi), baik itu memberi suap, menerima suapataupun menjadi perantaranya, karena pelakunya terlaknat.
Janganlah engkau menukar keridhaan manusia dengan kemurkaan Allah, karenaAllah akan murka kepadamu.
Taatilah ulil amri (pemerintah) dalam semua perintah yang sesuai dengan syari'atdan do'akan kebaikan untuk mereka.
Hati-hatilah dari bersaksi palsu dan menyembunyikan persaksian. "Barangsiapa menyembunyikan persaksiannya, maka hatinya berdosa. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kalian kerjakan" (QS. Al-Baqarah: 283).
Ajaklah manusia kepada yang ma'ruf (apa-apa yang diperintahkan oleh Allah dan Rasul-Nya) dan jauhi kemungkaran (apa-apa yang dilarang oleh Allah dan RosulNya). "Dan beramar ma'ruf nahi munkarlah seerta sabarlah terhadapapa yang menimpamu" (QS. Luqman : 17).
Tinggalkanlah semua hal yang diharamkan, baik yang kecil maupun yang besar. Janganlah engkau bermaksiyat kepada Allah dan janganlah engkau membantu seorang pun dalam bermaksiyat kepada-Nya.
Janganlah engkau dekati zina. Allah berf irman, "Janganlah kalian mendekati zina. Sesungguhnya zina itu adalah perbuatan keji dan seburukburuknya jalan" (QS. Al-Israa: 32).
Wajib bagimu berbakti kepada orang tua dan hati-hatilah dari mendurhakainya.
Wajib bagimu untuk silaturahmi dan hati-hatilah dari memutuskan hubungansilaturahmi.
Berbuat baiklah kepada tetanggamu dan janganlah menyakitinya. Dan apabila diamenyakitimu, maka bersabarlah.
Perbanyaklah mengunjungi orang-orang shalih dan saudaramu di jalan Allah.
Cintalah karena Allah dan bencilah juga karena Allah, karena hal itu merupakantali keimanan yang paling kuat.
Wajib bagimu untuk duduk bermajelis dengan orang shalih dan hati-hatilah daribermajelis dengan orang-orang yang jelek.
Bersegeralah untuk memenuhi hajat (kebutuhan) kaum muslimin dan buatlahmereka bahagia.
Berhiaslah dengan kelemah-lembutan, sabar dan teliti. Hati-hatilah dari sifatkeras, kasar dan tergesa-gesa.
Janganlah memotong pembicaraan orang lain dan jadilah engkau pendengaryang baik.
Sebarkanlah salam kepada orang yang engkau kenal ataupun tidak engkau kenal.
Ucapkanlah salamyang disunnahkan, yaitu "assalamu'alaikum" dan tidak cukup hanya dengan isyarat telapak tangan atau kepala saja.
Janganlah mencela seorang pun dan mensifatinya dengan kejelekan.
Janganlah melaknat seorang pun, termasuk hewan atau benda mati.
Hati-hatilah dari menuduh dan mencoreng kehormatan orang lain, karena hal itutermasuk dosa yang besar.
Hati-hatilah dari namimah (mengadu domba), yakni menyampaikan perkataan diantara manusia dengan maksud agar terjadi kerusakan di antara mereka.
Hati-hatilah dengan ghibah, yakni engkau menceritakan tentang saudaramu apaapayang dia benci jika mengetahuinya.
Janganlah engkau mengagetkan, menakuti dan menyakiti sesama muslim.
Wajib bagimu melakukan ishlah (perdamaian) di antara manusia, karena hal itu merupakan amalan yang utama.
Katakanlah hal-hal yang baik, jika tidak maka diamlah.
Jadilah engkau orang yang jujur dan janganlah berdusta, karena dusta akanmengantarkan kepada dosa dan dosa mengantarkan kepada neraka.
Janganlah engkau bermuka dua. Datang kepada sekelompok orang dengan satuwajah dan data kepada kelompok lain dengan wajah yang berbeda.
Janganlah bersumpah dengan selain Allah dan janganlah banyak bersumpahmeskipun engkau benar.
Janganlah menghina orang lain, karena tidak ada keutamaan atas seorang pun kecuali dengan taqwa.
Janganlah mendatangi dukun, ahli nujum serta tukang sihir dan janganlah membenarkan perkataan/ramalan] mereka.
Janganlah menggambar gambar manusia dan binatang [makhluk bernyawa]. Sesungguhnya manusia yang paling keras adzabnya pada Hari Qiyamat adalah tukang gambar.
Janganlah menyimpan [memajang] gambar makhluk bernyawa di rumahmu karena akan menghalangi malaikat untuk masuk ke rumahmu.
Tasymit-kanlah orang yang bersin dengan mengucap, "yarhamukallah" apabiladia mengucapkan , "alhamdulillah".
Jauhilah bersiul dan tepuk tangan.
Bersegeralah untuk bertaubat dari segala dosa dan ikutilah kejelekan dengan kebaikan karena akan menghapuskannya. Hati-hatilah dari menunda-nunda.
Berharaplah selalu akan ampunan Allah serta rahmat-Nya dan berbaik sangkalah kepada Allah.
Takutlah kepada adzab Allah dan janganlah merasa aman darinya.
Bersabarlah dari segala musibah yang menimpa dan bersyukurlah dengan segala kenikmatan yang ada.
Perbanyaklah melakukan amal shalih yang pahalanya terus mengalir meskipun engkau telah mati, seperti membangun masjid dan menyebarkan ilmu.
Mohonlah syurga kepada Allah dan berlindunglah dari neraka.
Perbanyaklah mengucapkan shalawat dan salam kepada Rasulullah. Shalawat dan salam senantiasa Allah curahkan kepadanya, keluarganya dan para shahabatnya hingga Hari Qiyamat.