Jumat, 02 Desember 2011

Kisah Kapak Yang Kehilangan Kekuatannya


Alkisah, seorang pedagang kayu menerima lamaran seorang pekerja untuk menebang pohon di hutannya. Karena gaji yang dijanjikan dan kondisi kerja yang bakal diterima sangat baik, sehingga si calon penebang pohon itu pun bertekad untuk bekerja sebaik mungkin.

Saat mulai bekerja, si majikan memberikan sebuah kapak dan menunjukkan area kerja yang harus diselesaikan dengan target waktu yang telah ditentukan kepada si penebang pohon. Hari pertama bekerja, dia berhasil merobohkan 8 batang pohon.

Sore hari, mendengar hasil kerja si penebang, sang majikan terkesan dan memberikan pujian dengan tulus, “Hasil kerjamu sungguh luar biasa! Saya sangat kagum dengan kemampuanmu menebang pohon-pohon itu. Belum pernah ada yang sepertimu sebelum ini. Teruskan bekerja seperti itu.”

Sangat termotivasi oleh pujian majikannya, keesokan hari si penebang bekerja lebih keras lagi, tetapi dia hanya berhasil merobohkan 7 batang pohon.

Hari ketiga, dia bekerja lebih keras lagi, tetapi hasilnya tetap tidak memuaskan bahkan mengecewakan. Semakin bertambahnya hari, semakin sedikit pohon yang berhasil dirobohkan.

“Sepertinya aku telah kehilangan kemampuan dan kekuatanku. Bagaimana aku dapat mempertanggungjawab kan hasil kerjaku kepada majikan?” pikir penebang pohon merasa malu dan putus asa.

Dengan kepala tertunduk dia menghadap ke sang majikan, meminta maaf atas hasil kerja yang kurang memadai dan mengeluh tidak mengerti apa yang telah terjadi.

Sang majikan menyimak dan bertanya kepadanya,
“Kapan terakhir kamu mengasah kapak?”

“Mengasah kapak? Saya tidak punya waktu untuk itu. Saya sangat sibuk setiap hari menebang pohon dari pagi hingga sore dengan sekuat tenaga,” kata si penebang.

“Nah, di sinilah masalahnya. Ingat, hari pertama kamu kerja? Dengan kapak baru dan terasah, maka kamu bisa menebang pohon dengan hasil luar biasa. Hari-hari berikutnya, dengan tenaga yang sama, menggunakan kapak yang sama tetapi tidak diasah, kamu tahu sendiri, hasilnya semakin menurun," kata sang majikan.

"Maka, sesibuk apa pun, kamu harus meluangkan waktu untuk mengasah kapakmu, agar setiap hari bekerja dengan tenaga yang sama dan hasil yang maksimal. Sekarang mulailah mengasah kapakmu dan segera kembali bekerja!” perintah sang majikan.

Sambil mengangguk-anggukan kepala dan mengucap terimakasih, si penebang berlalu dari hadapan majikannya untuk mulai mengasah kapak.
"Istirahat bukan berarti berhenti. Tetapi untuk menempuh perjalanan yang lebih jauh lagi."

Sama seperti si penebang pohon, kita pun setiap hari, dari pagi hingga malam hari, seolah terjebak dalam rutinitas terpola. Sibuk, sibuk dan sibuk, sehingga seringkali melupakan sisi lain yang sama pentingnya, yaitu istirahat sejenak mengasah dan mengisi hal-hal baru untuk menambah pengetahuan, wawasan dan spiritual.

Jika kita mampu mengatur ritme kegiatan seperti ini, pasti kehidupan kita akan menjadi dinamis, berwawasan dan selalu baru.

Kisah Budi Pekerti tentang Monyet Dan Landak

Ada seekor monyet yang menjadi kepala geng diantara para binatang kecil,
sifatnya sangat sombong dan nakal, selalu menimbulkan kekesalan diantara para binatang, tetapi mereka tidak berani menegurnya. 
Pada suatu hari, monyet berkata kepada kelinci, “Hari ini cuaca sangat cerah, ayo kita naik ke gunung bertamasya.” Kelinci menggelengkan
kepalanya menolaknya.
Monyet merasa kesal, lalu mengajak tupai,tetapi tupai juga menolak.
Monyet lebih kesal lagi, lalu memutarkan badannya mengajak srigala,
tetapi srigala juga tidak suka kepada monyet, dan menolaknya. Setelah
ditolak oleh semua binatang kecil, monyet tidak tahu harus berbuat apa
lagi, akhirnya dia dengan kesal sendirian naik ke atas gunung.
Setelah sampai diatas gunung, dia melihat seekor landak sedang
menggulungkan badannya seperti sebuah bola sedang tidur siang. “hei!
Hei! Bangun! Bangun saya sudah datang!.” 
“Jangan berisik! Jangan mengganggu tidur siangku!” ujar sang landak yang masing mengantuk.
“Sungguh tidak tahu diri!, badanmu begitu kecil tetapi masih sombong!, rasakan saya akan menduduki engkau seperti sebuah kursi!” Monyet
menghina landak sambil duduk diatasnya.
Landak sangat marah, sambil mengibaskan badannya sehingga semua duri
landaknya berdiri, “Aduh… sakit! Sakit!” sambil berteriak dan berlari
monyet memegang pantatnya yang kesakitan.
Ketika seseorang menjadi terlalu sombong, memandang rendah setiap
orang, dia tidak akan melihat kelemahan dirinya sendiri dan kelebihan
yang dimiliki oleh orang lain. Jika kita dapat lebih banyak melihat
kelebihan orang lain, lebih banyak menghormati orang lain, dan selalu
intropeksi kepada diri sendiri maka orang tersebut akan dihormati orang
lain juga.

Louisa Sidodana

Jangan Biarkan Orang Lain Menentukan Sifat Kita

Suatu ketika Guru Zen Foyin minum teh bersama Su Dongpo, seorang pejabat tinggi dan juga penyair di sebuah kedai makanan. Anehnya, seorang pelayan di kedai tersebut melayani keduanya secara berbeda. Guru Zen dilayani layaknya pelanggan pada umumnya, sedangkan Su Dongpo dilayani secara istimewa. Su Dongpo merasa kurang nyaman diperlakukan istimewa sepe...rti itu. Ia pun berkali-kali mendesak pelayan tersebut agar mau memberikan pelayanan istimewa juga kepada Guru Zen. Namun pelayan itu sama sekali tidak menanggapi desakannya. Usai minum teh, Guru Zen membayar sesuai harga minuman yang sudah dipatok kedai tersebut. Tetapi sebelum beranjak pergi, Guru Zen dengan sikapnya yang ramah menyempatkan diri memberikan uang tambahan atau sering disebut uang tip kepada pelayan yang melayaninya tadi.

Tak urung sikap Guru Zen mengundang tanya dalam benak Su Dongpo. “Ehmmm, sikap pelayan tadi kurang baik bukan?” tanya Su Dongpo ragu. “Ya, betul. Boleh dibilang sikapnya terlalu materialistik dan kurang menyenangkan,” kata Guru Zen merinci. “Lalu kenapa Guru memberi tip kepadanya?” sergah Su Dongpo bingung. Guru Zen tersenyum, kemudian berkata singkat dan tegas, “Kalau memang dia seperti itu, lalu mengapa harus dia yang menentukan sikap saya?”

Kesimpulan:Orang lain bebas memilih sifat yang mereka sukai. Kita pun bebas merespon sikap yang mereka tunjukkan terhadap kita. Entah dengan sikap senada, positif atau negatif, semuanya terserah kita. Tetapi akan lebih baik kita tidak terpancing dengan untuk merespon dengan negatif atau amarah bila mendapatkan perlakuan negatif.

Jangan biarkan orang lain menentukan sifat kita. Ketika kehidupan ini memberimu sebuah lemon, peraslah dan nikmati jus lemon :)

Jangan Bersedih Sahabatku

Assalamualaikum...
Apakah Anda pernah merasa sendirian di dunia ini ??
Tidak ada orang menghitung air matamu..
Tidak ada yang meraih tangan bagi Anda untuk terus..

Apakah Anda pernah merasa seperti tidak ada yang percaya Anda ??
Bila Anda telah melakukan hal-hal sendiri,
tetapi orang menghakimi Anda.
Dan Anda merasa bahwa hal-hal yang telah Anda lakukan sia-sia.

Apakah Anda pernah merasa seperti tidak ada yang memahami Anda ??
Bila Anda memiliki niat baik untuk menyebarkan dunia tentang iman Anda,
Dan Anda merasa bahwa seluruh dunia tampaknya memandang rendah Anda.

Jujur, saya pribadi tidak !!
Dan ya, itu benar-benar terluka..
Dan aku sangat sedih..
Aku akan menyerah,
Tapi kemudian aku menyadari bahwa tidak ada manfaat dengan menjadi sedih, ketika saya membaca La Tahzan  (Jangan Bersedih ) buku ini ditulis oleh Dr 'Aaidh Al Qarni. Dia mengatakan dalam bukunya,

Jangan Sedih



Jangan sedih, karena kesedihan menyebabkan anda menyesali masa lalu, untuk memiliki keraguan mengenai masa depan, dan untuk membuat Anda merana kau hadir.

Jangan sedih, karena menyebabkan jantung berkontraksi, wajah untuk cemberut, semangat melemah, dan harapan menghilang.

Jangan sedih, karena kesedihan Anda menyenangkan musuh Anda, teman Anda marah, dan membuat cemburu bersukacita.

Jangan sedih, karena dengan menjadi sedih, Anda mengeluh terhadap keputusan ilahi dan menunjukkan kekesalan pada apa yang ditulis untuk Anda.

Jangan sedih, karena kesedihan tidak dapat kembali ke Anda salah satu yang hilang atau pergi. Ini tidak dapat membangkitkan orang mati, tidak bisa mengubah nasib, atau membawa manfaat apapun.

Jangan sedih, karena kesedihan adalah sering dari setan dan adalah semacam putus asa.


Subhanallah ...
Hatiku gembira ketika saya membaca ini.
Itu benar-benar benar.
Saya menyadari bahwa saya salah.
Lalu aku berjanji untuk tidak menyerah lagi.
Tidak peduli apa yang orang katakan, aku akan terus berjalan.
Aku tidak ingin dipenjara dalam kesedihan.

Sahabatku...
Bahkan meskipun Anda sedih dan semua orang mengecewakan Anda,
hanya percaya, ALLAH TAHU !!

Meskipun tidak ada yang percaya, tapi ANDA MEMILIKI ALLAH.
Jika seseorang meremehkan Anda, hanya mengatakan ALLAH ADALAH CUKUP UNTUK AKU.
Dia adalah orang yang tahu yang terbaik.
Dia tahu apa yang telah Anda lakukan dan apa maksud Anda.
Dia tahu semua hal yang kita menyembunyikan atau mengungkapkan.
Mengampuni orang yang membuat Anda sedih. Yang akan membuat Anda merasa lebih baik.
JANGAN BERSEDIH !! JANGAN MENYERAH !!
ALLAH TAHU! ALLAH ADALAH DENGAN ANDA !!
ANDA SUDAH PERNAH SENDIRI !!




Semoga Allah meringankan rasa sakit dan kesedihan semua.
aamiin :)

oleh : Denty Maressa

Apapun Kata Orang, Inilah Jalanku


Mereka bilang kerudungku seperti nenek-nenek
padahal rambut mereka seperti daun kering melambai.
Mereka bilang jilbabku ketinggalan zaman

padahal tank-top mereka seperti koteka zaman batu.

Mereka bilang ucapanku seperti orang yang ceramah

padahal rumpian mereka tak lebih indah dari dengungan segerombol lebah.

Mereka bilang cara berfikirku ”ketuaan”

padahal umur kepala dua mereka tidak menjadikannya lebih dewasa dari seorang anak kecil berumur 5 tahun.

Mereka bilang tingkah polahku tidak enerjik,

padahal laku mereka lebih menyerupai banteng seruduk sana-seruduk sini.

Mereka bilang dandananku pucat,

padahal penampilan mereka lebih mirip dengan ondel-ondel

Mereka bilang aku nggak gaul,

padahal untuk mengenal konspirasi saja

mereka geleng-geleng.

Mereka bilang:

aku sok suci

aku tidak menikmati hidup

aku nggak ngalir

aku fanatik sok lebay

dan sok bau surga.

Ku jawab:

Ya, aku berusaha untuk terus mensucikan diri.

Karena najis tidak pernah mendapatkan tempat dimanapun berada,

meskipun letaknya di atas tahta emas.

Ya, aku tidak menikmati hidup ini. Karena hidup yang kudambakan bukan hidup yang seperti ini yang lebih buruk dari hidupnya binatang ternak

Ya, aku nggak ngalir. Aku adalah ikan yang akan terus bergerak, tidak terseret air yang mengalir sederas apapun alirannya. Karena aku tidak ingin jatuh ke dalam pembuangan.

Ya, aku fanatik. Karena fanatik dalam kebenaran yang sesuai fitrah adalah menyenangkan dibanding fanatik dalam kesalahan yang fatrah (kufur)

Ya, aku memang sok lebay. Karena aku adalah manusia yang lemah yang terserang makhluk kecil macam virus saja tubuhku sudah ambruk, manusia yang bodoh yang tidak mengetahui nasib hidupku satu detik setelah ini, manusia yang serba kurang dan punya batas waktu yang ketika waktu itu habis aku tidak bisa mengulurnya ataupun mempercepatnya

Ya, aku ingin mencium bau surga yang dijanjikan Tuhanku yang baunya dapat tercium dari jarak ratusan tahun cahaya. Betapa meruginya orang yang tidak bisa mencium bau surga, karena itu menandakan betapa jauhnya posisinya dari surga...

Kullu maa huwa aatin qoribun

Segala sesuatu yang pasti datang itu dekat...

Manusia dibekali Islam dan Muhammad Sallaullahu'alaihiwasallam  sebagai pembawa huda dan haq

Manusia juga dibekali akal oleh Rabb Sang Pencipta

Namun, manusia diberi kebebasan memilih untuk hidupnya

Dan, there is only one choice

Untuk itulah aku memilih jalanku

Memilih jalan hidupku

Hidup yang aku dambakan

Mendamba apa yang telah dijanjikanNya

Janji yang tak akan pernah teringkari

Whatever... what they said


“Jika kamu menuruti kebanyakan manusia yang ada di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan belaka, dan mereka tidak lain hanyalah berdusta (terhadap Allah)” (Qs. Al-An’am 116).

"Allah tidak akan mengingkari janji-janjiNya, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui" (Qs. Ar-Rum 6).



oleh Teuku Ghoffal Abu Nabiel

Belajar Takut Dari Papa

Saya mempunyai seorang murid laki-laki, berusia 11 tahun, sebut saja Arno. Ia pendiam dan selalu berpikiran bahwa apapun yang dilakukannya, orang akan menilai perilakunya itu negatif. Jadi, ia memilih cara aman, yaitu dengan berdiam diri, padahal dari jawaban-jawaban materi tertulis, tampak jelas bahwa ia adalah anak yang cerdas, bahkan sangat cerdas.

Suatu hari, pada saat beraktivitas melompat, ia segan melompat. Pelatih memberinya motivasi agar ia melompat, ia hanya melakukan lompatan yang seadanya. Sementara terus dimotivasi, tiba-tiba air matanya mengalir. Ia menangis. Tidak terdengar suara tangisannya, namun air matanya saja yang mengalir. Melihat hal tersebut, pelatih memintanya duduk, menenangkan diri dan meneguk segelas air putih. Sedikit masih terlihat ia agak gemetar..

”Saya tahu melompat itu mudah coach, saya bisa melakukannya. Tapi jika saya kecapekan, saya bisa sakit.” Katanya tiba-tiba, sebelum ditanya. ”Aktivitas melompat itu, hanya sebentar saja, apakah menurutmu itu akan membuatmu sakit?” Tanya pelatih lembut. ”Mungkin tidak, coach. Tapi itu memalukan buat saya?” Jawabnya lagi. ”Sebenarnya, Arno takut sakit atau Arno merasa malu?” Tanya pelatih mencoba mengurai benang kusut. ”Arno tidak mau menyusahkan papa.” Katanya... ”Setiap hari, papa bilang, kami sekeluarga harus jaga kesehatan. Kalau sampai sakit, biaya berobat itu mahal, tabungan papa bisa ludes.. Nanti kalau papa tidak punya tabungan lagi, kami akan jatuh miskin, sama seperti papaku dulu miskin, hidup susah dan dihina orang. Kalau kami jatuh miskin, itu akan sangat memalukan keluarga. Jadi, sebaiknya, kami jangan macam-macam.” Jelasnya.. Penjelasan yang sangat jelas untuk seorang anak 11 tahun yang menjadikannya sangat berhati-hati di dalam bertindak.

Sang ayah memang telah berjuang agar keluarganya hidup berkecukupan, namun ia berjuang dengan kemarahan akan kemiskinan sehingga emosi kemarahan itu pun ada di dalam hati anggota keluarganya yang telah menjadi orang-orang yang sangat berhati-hati dan terlalu waspada terhadap hidup ini. ”Arno, papa-mu punya alasan berpikir demikian. Yang bisa dicontoh dari papa-mu yaitu papa-mu berusaha dan berjuang. Coach lihat Arno adalah anak yang sangat cerdas, tapi jika terlalu banyak berdiam diri, maka kecerdasanmu tidak ada gunanya. Seperti papa, Arno juga harus berusaha dan berjuang.” ”Lantas, kalau aku sakit, bagaimana, coach?” Tanyanya. ”Arno akan lebih sering sakit jika berdiam diri dan selalu merasa cemas daripada sakit karena beraktivitas yang positif. Nah! Berdiam diri dapat membuatmu sangat miskin kan?” Jawab pelatih. Tidak sulit meyakinkan anak cerdas itu, beberapa waktu kemudian, ia terlihat lebih gembira menjalani hidupnya dan mulai mendapat teman.. Dan, tingkat kehadirannya pun sempurna, tidak bolong-bolong seperti sebelumnya. Itu berarti, benarlah... Ia hidup lebih sehat karena beraktivitas positif.

Oleh : Tania Caroline Lie